Jumat, 16 November 2012

PENGARUH SOFT DRINK TEHADAP BENTUK DARAH

     Saat ini soft drink bukanlah minuman yang asing lagi bagi kita. Banyak tempat-tempat makan ataupun tempat-tempat tongkrongan anak muda yang menyediakan minuman ini. Softdrink memiliki banyak penggemar, terutama kaum muda. Sebagai konsumen kita perlu tahu apa manfaat dan kerugian dari apa yang kita konsumsi. Apa sih sebenarnya soft drink itu ? Kandungan apa yang ada di dalamnya ?
     Soft drink diartikan sebagain minuman ringan yang berkarbonisasi/bersoda. Karbonasi merupakan efek penginjeksian gas karbondioksida ke dalam minuman. Karbondioksida adalah sebuah gas yang tidak berwarna dan tidak beracun pada konsentrasi yang sesuai/biasa. Tapi, perlu diketahui bahwa minuman ringan tersebut memang memiliki nilai gizi yang ringan juga. Soft drink memiliki kadar gula yang tinggi dan tidak memiliki zat gizi lain yang berarti. selain itu, soft drink juga memiliki beban glikemik tinggi dibandingkan dengan makanan dan minuman yang lain (Mueller 2009).
     Soft drink menurut (Vartanian 2006) dalam meta analisis yang meneliti hubungan antara konsumsi soft drink, nutrisi dan kesehatan yang menyatakan bahwa soft drink dapat meningkatkan berat badan dan dapat meningkatkan beberapa resiko kesehatan, diantaranya: diabetes dan dapat melemahkan sistem imunitas. Selain dapat melemahkan sistem imunitas, konsumsi soft drink secara berlebihan juga dapat merusak proses pencernaan. Penggunaan karbondioksida yang berlebihan dapat menyebabkan lambung tidak bisa menghasilkan enzim yang sangat penting bagi proses pencernaan. Hal ini terjadi jika mengkonsumsinya bersamaan dengan makanan, atau setelahnya. Selain itu juga dapat menyebabkan peniadaan fungsi enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh lambung, yang selanjutnya mengganggu proses pencernaan dan pengambilan sari-sari makanan.
     Meningkatnya konsumsi soft drink yang diikuti dengan penurunan konsumsi susu, menyebabkan seseorang dapat mengalami penurunan asupan kalsium. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis, terutama perempuan dan mengarah pada kejadian fraktur tulang. Ia juga menjelaskan bahwa ada suatu penelitian yang menyatakan konsumsi softdrink dapat menyebabkan kejadian fraktur tulang pada anak. Studi yang dilakukan pada anak berusia 3-15 tahun dengan fraktur tulang hebat memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan kalsium yang rendah. Dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel terspesialisasi yang disebut sel batang. Apabila sel induk membelah, pertama kali menjadi sel darah merah tidak matang, sel darah putih, atau platelet yang memproduksi sel. Sel imatur kemudian membagi menjadi dewasa lebih lanjut dan akhirnya menjadi sel darah merah dewasa, sel darah putih, atau platelet.
     Hubungan mengkonsumsi soft drink dengan pembentukan sel darah manusia sangat berkaitan dengan tingkat keasaman pada soft drink tersebut.  Misalnya pada sel darah merah Hemoglobin (Hb). Hemoglobin merupakan komponen esensial sel-sel darah merah (eritrosit). Eritrosit dibentuk dalam sumsum tulang. Bila jumlah sel darah merah berkurang, hormon eritpoietin yang diproduksi oleh ginjal, akan menstimulir pembentukan sel darah merah. Karena sel darah merah tidak mengandung inti sel (nukleus), maka sel tersebut tidak dapat mensintesis enzim untuk kelangsungan hidupnya. Kehidupan sel darah merah hanya sepanjang masih terdapatnya enzim yang masih berfungsi (untuk membawa oksigen dan karbondioksida), dan biasanya hanya sekitar 4 bulan. Kecepatan penghancuran sel darah merah akan meningkat bila tubuh kekurangan vitamin C, vitamin E, atau vitamin B12 (yang membantu pembentukan sel-sel darah merah).
     Seperti bila banyak mengkonsumsi soft drink, bentuk sel darah kita dapat menjadi seperti tumpukan koin (Rouleau) yaitu ketika darah sampai pada kondisi kekurangan jumlah oksigen yang dapat diangkut. Kondisi ini disebabkan oleh lemak tinggi, diet protein dan keasaman tinggi. Darah akan terlihat seperti tupukan koin jika meminum satu soda dan akan tetap seperti itu selama sedikitnya dua jam. Karena sel-sel tidak mendapatkan oksigen maka konsumer akan merasa lelah, memiliki pencernaan yang buruk, dan gangguan kulit. Lebih parah dari Rouleau, sel darah merah dapat berbentuk agregasi. Hal ini sering terlihat pada orang dengan penyakit degeneratif. Hal ini disebabkan oleh lemak dan protein tercerna dan keasaman tinggi. Degenerasi jaringan selalu mengikuti oksigen rendah dan keasaman. Kondisi ini dapat mendahului sebuah gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke atau serangan jangtung. Proses tersebut bisa terjadi juga pada saat pH darah menurun, kurva disosiasi hemoglobin-oksigen akan bergeser ke kanan, menunjukkan bahwa hemoglobin kurang tersaturasi walaupun berada di tekanan parsial oksigen tinggi. Perubahan ini dinamakan sebgai Borh effect, dimana hemoglobin bertindak sebagai buffer.

S u m b e r  :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates